Minggu, 11 Desember 2011

KARBURATOR

Karbu Standar Pilihan, Dilacak Mekanik Korek Harian


Karbu Shogun 125SP lebih tebal. Enak direamer(kiri). Venturi bisa direamer besar(kanan)
Karburator venturi besar, jadi primadona penikmat adu kebut. Apalagi kalau kapasitas silinder dan durasi kem sudah didongkrak. Ganti atau atau modifikasi karbu jadi solusi paling tepat.

Namun sampai saat ini masih didominasi karbu racing berkelas. Harganya pun cukup mahal, lantaran di dalamnya didukung fitur-fitur canggih. Sehinga agak merepotkan pemilik motor berdana minim.

Namun bukan berarti karburator yang dipakai di motor standar enggak bisa diaplikasi. Walau enggak semua, tapi ada beberapa yang bisa dan banyak dipakai para tunner.

“Untuk motor bebek korek harian, karburator paling diburu punya Suzuki Shogun 125SP. Mereknya Mikuni VM18SH dengan kode 20G. Atau punya New Smash 110 kode 09H. Sama-sama Mikuni VM18SH. Selain itu ada juga Karburator Karisma, meskipun tidak semua menyukainya,” ujar Alif Bowo Sarwono, pemilik bengkel bubut Adhi Jaya Tech di Jl. Tole Iskandar Raya, Depok.

Lanjut Alif, kelebihan karburator Shogun 125SP atau New Smash 110, karena memiliki venturi lebih besar juga tebal dagingnya. Itupun jika dibandingkan dengan kepunyaan motor lain, tetap lebih menguntungkan. Misalnya dengan karbu Yamaha Jupiter-Z yang pakai Mikuni VM17SH, diameter venturinya lebih kecil 1 mm.

Makanya kalau mau direamer, kata Alif, karbu Shogun 125SP bisa sampai 22 mm ke atas dan ke samping 19 mm dari 15 mm. Bahkan kalau mau bore up piston skepnya, tanpa ganti bodi (alias bodi asli) bisa sampai diameter 20 mm dari aslinya. Cuma piston skep mesti bikin baru karena tidak ada gantinya.


Karbu Karisma masih terlalu mahal untuk jadi pilihan
“Tak hanya itu, karbu Shogun 125SP juga mudah didapat dibanding produk lainnya. Sehingga harganya relatif terjangkau buat semua kalangan. Apalagi jumlah lubang pada nozel di atas spuyer main-jet lebih banyak. Sehingga debit bahan bakar makin deras,” timpal Hari Novrian, mekanik Hari Motor di Pondok Kopi, Jakarta Timur.

Selain kedua karbu tadi, komponen pengkabut gas bakar yang asli Suzuki Axelo 125 juga bisa jadi pilihan. Kata Roby Krisbiyanto, mekanik Bontot Jaya Motor, karbu yang rumah cuknya sebelahan dengan lubang piston skep itu bisa direamer hingga ukuruan 25 mm dari 18 mm (asli). Pasalnya lubang dan piston skep Axelo 125 lebih panjang dari lainnya.

“Cuma biar bisa sampai ukuran segitu (25 mm), rumah cuk mesti dicustom. Sehingga kerja cuk piston yang berada di sebelah piston skep tidak bisa lagi difungsikan,” timpal mekanik yang buka bengkel di Jl. Amal No. 37, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Karisma Dan TVS
Pemilik motor Honda tak perlu kecil hati. Karburator pilihan buat kohar bisa pakai pengkabut punya Honda Karisma. Memiliki diameter venturi asli 19 mm dan konstruksi yang bagus. Bisa direamer sampai ukuran 24 mm, lho.

“Lebih bagus dan bisa direamer tinggi karena semua lubang aliran ada di bawah. Cuma sayang, harga karbu masih mahal juga sulit didapat,” lanjut Alif. Dan selain karbu Karisma, dia juga pernah mereamer karbu motor bebek merek TVS meskipun enggak tahu tipenya. Tapi, ubahan yang dilakukan sama persis dengan Honda Karisma. (motorplus-online.com)

RANTAI

Salah Perawatan Bikin Rantai Cepat Aus!


Cek secara berkala
Kesalahan perawatan kerap dilakukan pengendara terhadap rantai motornya. Ini menjadi penyebab utama penggunaan rantai terutama bawaan pabrik cepat aus.

Willianto Husada, Deputy Director PT Indomobil Bhupala, distributor Indoparts mengakui. “Untuk rantai bawaan pabrik yang sudah menerapkan teknologi O-ring tidak perlu lagi diberikan pelumas tambahan. Sebab, di rantainya sendiri sudah mengandung pelumas khusus,” jelasnya.

Ketidaktahuan ini diperparah lagi dengan menambahkan cairan-cairan seperti oli atau bensin ke bagian rantai. “Kejadian ini membuat karet O-ring jadi cepat rusak karena bensin itu,” katanya.

Gunawan, dari Otomart menambahkan, kalaupun hendak diberikan tambahan pelumas untuk rantai after-market sebaiknya gunakan pelumas khusus untuk perawatan rantai. “Misalnya yang dijual bebas seperti chainlube,” ungkapnya.

Mengecek tingkat ukuran kekencangan rantai perlu rutin dilakukan. “Ukurlah tingkat kekencangan pada rantai. Paling tidak 2 minggu sekali,” kata Gunawan. Cepat amat ya?

Segeralah periksa jika terdengar suara-suara yang aneh keluar dari rantai motor. Pastikan kondisi rantai dalam keadaan baik, jika tidak ingin putus di jalan. (motorplus-online.com)

BUSI

Utilitas Cop Busi, Enak..Ada Pegangannya!


Tangan jadi enggak kepanasan meski mesin baru dimatikan
Ada-ada saja apa yang dilakukan Wawang, pemilik motor Honda GL-Pro. Biar tangan gak kepanasan waktu membuka cop busi, warga Kampung Rawakalong, Krukut, Depok ini coba pasang cop busi yang biasa dipakai di mesin pompa kompresor.

Lebih unik dibanding cop busi motor umumnya, tepat di bagian atasnya enggak datar. Tapi, terdapat tangkai tambahan yang bentuknya menyerupai pemegang. Wajar saja kalau komponen ini terlihat unik dan langka lantaran jarang ada pakai di motor.

“Awalnya juga heran melihat cop busi merek Tokei ini di mesin pompa kompresor. Bentuknya unik, dan saat itu saya berpikir apakah bisa dipakai di motor? Eh, ternyata bisa dan pas dipakai di motor sport yang ruangnya lebih lega,” ujar Wawang yang sampai sekarang masih pakai.

Cop busi merek Tokei itu umumnya hanya bisa didapat di toko khusus alat-alat berat dan perkakas out door. Atau toko yang biasa jual komponen mesin kompresor, potong rumput atau mesin gerinda.

“Harganya pun tidak terlalu mahal meski bentuknya unik. Di pasaran, komponen ini dijual dengan harga yang tidak lebih dari Rp 20 ribuan. Seperti merek Tokei Rp 18.000,” ingat pria yang potongan rambutnya cepak itu.

Meski unik, saat aplikai cop busi ini ke mesin motor mudah kok. Tinggal tancapkan di kabel busi dan diputar. Agar kabel busi enggak gampang copot, tetap terhubung dan enggak rembes air dari luar.

Cuma saat pasang cop ini ke busi, adaptor di ulir busi tetap harus dipasang. Sebab connector di dalam cop busi bentuknya tidak sama dengan connector di motor standar. (motorplus-online.com)